Benarkah Pembonceng Lebih Berisiko Saat Kecelakaan Motor
Di Indonesia, umumnya populasi sepeda motor terbilang lebih tinggi dibandingkan kendaraan bermotor lainnya. Harganya yang relatif lebih murah otomatis menjadi pilihan banyak orang. Terlepas dari keuntungan-keuntungan menggunakannya, sepeda motor ternyata memiliki status sebagai kendaraan tunggal. Artinya akan ideal jika digunakan tanpa berboncengan.
Saat mengendarai sepeda motor, selalu ada potensi untuk mengalami kecelakaan lalu lintas. Bisa jadi disebabkan oleh kesalahan pengemudi itu sendiri, atau pun terlibat kecelakaan yang diakibatkan oleh pengguna jalan lain. Dalam beberapa kasus, ditemukan kondisi di mana pembonceng justru mengalami cedera yang lebih parah dibandingkan dengan pengemudi. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Memang benar jika rata-rata kecelakaan yang melibatkan sepeda motor, maka risiko cedera terbesar ada pada pembonceng karena rata-rata yang dibonceng tidak siap, tidak melihat (situasi di depan) dan kurang waspada. Pembonceng juga tidak seperti pengemudi yang berpegang ke stang motor dan tidak mampu mengantisipasi kondisi yang akan terjadi. Pengemudi akan lebih siap karena posisinya berada di depan dan dialah yang mengarahkan kendaraannya walaupun tetap punya risiko.
Idealnya pembonceng tetap memantau kondisi di depannya sehingga tetap ada persiapan kalau ada keadaan emergency. Jangan pernah lengah atau terlalu percaya dengan pengemudi.
Selama membonceng, sebaiknya tetap pembonceng mengatur posisi yang aman untuk menghindari cedera fatal ketika terjadi kecelakaan lalu lintas.
- Duduk berjarak dengan pengemudi 5 – 10 sentimeter, posisi tangan di paha sendiri dan paha menjepit pengemudi dan berpegangan erat ke pengemudi.
- Tidak melakukan gerakan berlawanan dengan pengemudi ketika bermanuver.
- Memakai helm pelindung kepala yang mumpuni sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI).
Selalu #CariAman di jalan dan pastikan BroSis menggunakan riding gear yang lengkap ya..
Sumber :